Setiap inventory yang tersimpan di dalam gudang tentu memiliki usia pakai, yang menjadi patokan waktu bagi perusahaan untuk dapat mengolah atau menjual stok barang tersebut serta sebagai parameter kualitas produk. Jika produk tersebut telah melewati batas usia pakai, maka produk tidak dapat digunakan lagi atau akan memiliki kualitas yang menurun. Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, perusahaan perlu mengukur waktu dan mengelompokkan setiap inventory berdasarkan durasi penyimpanan dalam gudang, atau bisa disebut inventory aging.
Pengertian Inventory Aging
Inventory Aging merupakan sebuah proses pengelompokan dan analisis persediaan stok barang berdasarkan usia atau durasi stok barang tersebut berada dalam gudang. Umumnya inventory aging akan menghitung stok barang sejak tanggal inbound atau diproduksi hingga batas akhir usia pakai.
Data dari analisis inventory aging biasanya ditunjukkan dengan kelompok kategori usia seperti 31-60 hari, 61-90 hari, dan seterusnya. Semakin lama suatu barang berada di dalam gudang, semakin tinggi risiko aging tersebut.
Penuaan pada usia pakai stok barang menjadi perhatian penting bagi perusahaan karena stok barang tersebut akan mengalami penurunan nilai seiring waktu yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kerusakan, perubahan tren, ataupun kedaluwarsa. Inventory aging sangat penting dalam manajemen gudang karena hal ini dapat memberikan gambaran terkait efektivitas penjualan maupun alur stok barang dalam gudang.
Dampak Inventory Aging bagi Warehouse Management
Dampak aging inventory terhadap warehouse management dapat sangat signifikan dan berdampak pada beberapa aspek seperti :
1. Biaya Penyimpanan Meningkat
Semakin lama stok barang tersimpan di dalam gudang, maka akan semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk menjaga stok barang tersebut. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa biaya penyimpanan yang akan terus dikeluarkan, termasuk biaya ruang gudang, pendinginan (jika diperlukan), dan biaya perawatan.
2. Risiko Kedaluwarsa atau Kerusakan
Beberapa jenis stok barang memiliki masa pakai yang terbatas, seperti produk makanan atau obat-obatan. Inventory aging yang tidak terkelola dengan baik dapat menyebabkan barang menjadi lebih cepat rusak ataupun kedaluwarsa. Sehingga perusahaan tidak bisa dijual atau digunakan.
3. Modal yang Tertahan
Inventory aging menahan modal yang seharusnya bisa diinvestasikan dalam produk lain memiliki tingkat perputaran yang cepat. Dengan adanya penumpukan inventory aging, maka hal ini dapat memperburuk aliran kas perusahaan.
4. Menghambat Operasional Gudang
Gudang yang dipenuhi dengan stok barang yang tidak bergerak dapat menghambat operasional. Hal ini dikarenakan ruang penyimpanan menjadi terbatas dan akan mempersulit pengelolaan stok barang yang baru atau stok barang dengan perputaran yang tinggi.
5. Penurunan Nilai Barang
Produk yang tidak dijual dalam jangka waktu yang lama tentu akan mengalami penurunan nilai, baik karena perubahan harga pasar atau penurunan kualitas barang. Terlebih lagi pada inventory yang memiliki usia pakai terbatas. Jika produk ini tidak segera terjual, maka justru akan berdampak pada kerugian bisnis.
Cara Menghindari Terjadinya Inventory Aging
Untuk mengantisipasi terjadinya inventory aging, terdapat beberapa langkah yang bisa diterapkan perusahaan pada manajemen gudang, yaitu :
1. Metode First In, First Out (FIFO)
Implementasi strategi FIFO memiliki peran penting bagi perputaran stok barang, dan meminimalisir terjadinya inventory aging, terutama untuk inventory yang memiliki usia pakai. Metode pengelolaan stok barang ini dilakukan dengan menjual atau mengeluarkan terlebih dahulu stok yang lebih lama tersimpan dalam gudang daripada stok barang yang baru masuk.
2. Penyesuaian Pembelian atau Produksi
Mengukur kebutuhan produksi ataupun pembelian stok barang agar sesuai dengan kebutuhan pasar. Hal ini dilakukan agar perusahaan tidak mengalami overstocking oleh produk yang berpotensi menua.
3. Pengelompokan Stok Barang Berdasarkan Prioritas
Mengelompokkan stok barang berdasarkan prioritas, seperti usia pakai ataupun tingkat perputaran dapat diterapkan untuk meminimalisir inventory aging. Hal ini akan membantu perusahaan agar lebih mudah dalam mengidentifikasi stok barang yang harus diprioritaskan untuk dijual atau digunakan.
5. Forecasting yang Akurat
Untuk dapat menyesuaikan jumlah produksi atau kebutuhan pengadaan stok barang, perusahaan perlu meningkatkan akurasi dalam menyusun perkiraan permintaan pasar. Agar hal ini dapat dilakukan, perusahaan perlu menjalankan pengelolaan gudang dengan pencatatan yang akurat dan real-time, yang bisa dilakukan dengan penerapan WMS System.
6. Monitoring dan Analisis Rutin
Pencatatan stok barang dan data performa manajemen gudang merupakan dokumen penting untuk dapat melakukan pemantauan berkala terhadap inventory. Dengan melakukan monitoring dan analisis secara rutin, perusahaan akan lebih mudah untuk mengidentifikasi stok barang yang sudah terlalu lama disimpan dan mengambil tindakan preventif.
Optimalisasi Inventory Aging dengan penerapan WMS System Prieds
Inventory aging merupakan salah satu indikator penting dalam pengelolaan gudang perusahaan. Dengan melihat durasi produk yang tersimpan di dalam gudang, perusahaan dapat mengetahui tingkat permintaan pasar, kebutuhan dalam gudang, serta ketahanan kualitas produk yang tersimpan. Untuk itu, penting bagi perusahaan untuk dapat mengelola dan melakukan monitoring secara real-time pada pengelolaan gudang.
Sebagai salah satu perusahaan yang menyediakan WMS System, Prieds menawarkan teknologi yang dapat dikonfigurasi sesuai kebutuhan perusahaan, seperti mengoptimalkan inventory aging pada manajemen gudang melalui integrasi antara hardware dengan software. Beragam fitur dari WMS System Prieds dapat membantu perusahaan untuk mengelola inventory dengan lebih optimal.
Anda dapat mempelajari lebih lanjut terkait optimalisasi inventory aging dengan penerapan WMS System melalui konsultasi dengan tim ahli. Dapatkan Software yang dilengkapi dengan fitur lengkap, keamanan terbaik dan kemudahan penggunan yang sesuai dengan kebutuhan pada perusahaan dengan Prieds.
Comments